Status my moodNote welcomeThis blog is just a platform for me to write my thoughts. Hope you guys enjoy it. ^^ Zomato food reviewChat say hi ^^Posts my entriesCredits thanks toTemplate by Aqila Farah Zulkifli . Basecode by Yasmin/Yacemin.Header by Aina Najihah Re-dit by Vina Chan I Will Back Off - part 1 Saturday, March 17, 2012 - 0 Comments
Kimmy bersenandung kecil sambil
melewati koridor sekolah barunya itu. Dia sudah membayangkan hal-hal indah yang
akan dialaminya nanti ketika tiba-tiba saja seseorang menabraknya dari
belakang. Kimmy terjatuh ke depan dan lututnya terluka.
"Hei!" teriak lelaki itu.
"Apa kau tidak punya mata? Tuhan menciptakan sepasang mata untuk melihat,
kau tahu?" Lelaki itu mengelus-elus sikunya yang kelihatannya sama sekali
tidak terluka. Baiklah, setidaknya hanya sedikit kotor.
"Dan kau tahu?" desah
Kimmy. "Tuhan menciptakan otak untuk berpikir dan mulut untuk meminta
maaf. Jadi minta maaflah padaku!" Kimmy memandangi lututnya dan kemudian berdiri. Ia langsung mengarahkan telunjuknya tepat di hadapan wajah lelaki itu.
"Hei, bukankah kau yang
berjalan tidak hati-hati?" Lelaki itu meraih earphone dari saku celananya,
kemudian memasang earphone itu dan melangkah pergi begitu saja.
Tiba-tiba saja bel berbunyi. Semua
murid sudah bergegas untuk berbaris di lapangan sekolah dan meninggalkan
koridor. Kimmy mengejar lelaki itu dan kemudian melepaskan earphone-nya, "Jadi aku yang harus meminta maaf atas sesuatu yang bukan
kesalahanku?"
"Hei! Apa-apaan kau?
Melepaskan earphone-ku seenaknya. Apa aku menyuruhmu meminta maaf padaku?"
desah lelaki itu tanpa merasa bersalah.
"Cepatlah minta maaf sebelum
guru datang dan menegur kita yang belum berbaris." Kimmy mulai cemas karena
koridor sudah mulai sepi.
"Bagaimana jika aku tidak mau?
Kau yang memperpanjang masalah ini. Sebaiknya kau berbaris sekarang,
sebelum..." Belum selesai lelaki itu berbicara, tiba-tiba saja ada yang
menarik telinganya dari belakang . Dan ternyata orang itu juga menarik telinga
Kimmy.
"Sedang apa kalian berdua di
sini? Cepat berbaris di lapangan. Tidakkah kalian mendengar bunyi bel?"
tegur orang itu sambil memutar-mutar matanya. Kelihatannya dia berumur 40-an,
tapi tidak terlihat tua juga. "Anak muda zaman sekarang memang hobinya
berdua-duaan di koridor yang sepi." orang itu mendecakkan lidah sambil
pergi menuju kantor guru yang letaknya di ujung koridor. Dapat dipastikan orang
tadi adalah seorang guru.
Kimmy dan lelaki itu langsung
bergegas menuju barisan tanpa melanjutkan pertengkaran itu. Hari itu adalah
hari pertama Kimmy menginjakkan kakinya di SMA. Sebenarnya pagi itu dia sangat
senang karena untuk pertama kali-nya dia mengenakan seragam SMA, namun rok
barunya malah menjadi kotor dan lututnya juga ikut terluka karena lelaki itu
menabraknya.
***
Hari itu adalah hari khusus
orientasi para murid baru oleh para seniornya. Lalu esoknya oleh para guru. Kimmy masih memikirkan kejadian tadi. Sebenarnya lututnya tidak terluka parah. Tapi dia hanya merasa sedikit tersinggung atas perlakuan laki-laki tadi yang tidak mau meminta maaf padanya. Padahal kan itu bukan sepenuhnya kesalahanku. Sigh.
"Heh! Kau yang di sana!"
tunjuk salah satu senior yang memimpin orientasi. "Berbarislah yang benar
atau kau mau dihukum?"
Kimmy yang terlalu kaget belum
sempat melihat siapa yang memanggilnya dan hanya bisa tertunduk. Gawat. Jangan-jangan aku? "A…
Aku?" tanyanya dengan sedikit gugup. Nafasnya mulai tidak teratur.
"Tentu saja! Memangnya kau
kira siapa? Berdirilah yang tegak dan arahkan pandangan ke depan. Dan..." Senior
itu mulai mendekat dan memperbaiki posisi hormat Kimmy. "Nah, begitu jauh
lebih baik."
Perlahan Kimmy mengangkat wajahnya.
Sinar matahari pagi yang begitu terik itu memaksa Kimmy memicingkan matanya.
Samar-samar dia dapat melihat senior yang tadi menegurnya itu. Tunggu. Sepertinya wajahnya cukup familiar. Oh, tidak! Ternyata dia seniorku..
Semua junior dijemur di bawah teriknya matahari sekitar 1 jam lamanya sambil diberikan arahan oleh senior mengenai bagaimana bersikap yang baik di sekolah. Kemudian mereka disuruh berlalu mengelilingi lapangan yang tidak seberapa besar itu selama setengah jam. Tidak ada yang diperkenankan mengobrol saat berlari.
Seusai semua tradisi yang sangat menyiksa itu, semua junior diberi waktu istirahat sekitar 10 menit. Seluruh murid mengambil air minum yang telah dibawa dari rumah. Tentu saja semuanya merasa haus. Apalagi hari itu kebetulan sekali cuacanya panas.
"Cindy!" Kimmy
melambaikan tangannya. "Bisa ke sini sebentar? Aku ingin bercerita.. Maaf ya merepotkanmu," kata Kimmy dengan wajah sedikit memelas. Cindy adalah teman yang dikenalnya melalui dunia maya. Dialah satu-satunya teman Kimmy di Singapore.
Cindy yang sedang sibuk berkenalan
dengan teman-teman barunya kelihatannya sedikit terganggu oleh permintaan
Kimmy. "Oh, baiklah," jawab Cindy sambil memutar bola matanya. Kelihatannya ia sedikit keberatan.
"Nah, sekarang mulailah bercerita. Waktu kita tidak banyak, hanya..." dia melihat jam tangannya dan melanjutkan, "5 menit. Apa yang mau kau ceritakan?" kata Cindy dengan raut wajah antara kesal dan penasaran.
Kimmy sedikit mengangkat roknya, memperlihatkan lututnya yang terluka. "Apa yang telah terjadi? Bagaimana bisa?" tanya Cindy yang kaget dan penasaran. Lalu Kimmy menunjuk senior tadi. "Dia yang..." belum selesai Cindy bertanya, Kimmy langsung saja mengangguk, seakan telah mengerti apa yang akan Cindy tanyakan padanya.
Cindy menunjukkan ekspresi skeptisnya. Kimmy memasang wajah serius, "Kau tidak percaya padaku? Yah, wajah bisa menipu. Sigh. Tapi memang itu yang terjadi. Aku tidak mungkin secepat itu melupakan wajah orang yang tidak punya attitude seperti dia."
"Tapi dia adalah senior di sini. Lebih baik kau lupakan saja kejadian tadi pagi. Kalau bisa, kau harus minta maaf padanya. Karena kudengar senioritas di sini... Well, kau tahu.. Jadi..," tiba-tiba bel sekolah berbunyi sebelum Cindy bisa menyelesaikan ucapannya. Cindy dan Kimmy segera berlari ke barisan kelasnya masing-masing sebelum mereka terlambat. Ya, mereka tidak sekelas. Sayang sekali. Padahal Kimmy berharap bisa sekelas dengan teman yang dikenalnya. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, ada bagusnya juga sekelas dengan orang-orang yang belum pernah dikenalnya sama sekali, sebab dia bisa memulai mengenal orang-orang baru. Salah seorang senior laki-laki angkat bicara sambil memainkan sebuah pena di tangannya, "Besok datang tepat waktu. Gunakan seragam dan bawa barang-barang yang sudah diberitahu tadi. Yang terlambat tidak akan dibiarkan masuk kelas. Mengerti?" *** 0 comment[s] | back to topI Will Back Off - part 1 Saturday, March 17, 2012 - 0 Comments
Kimmy bersenandung kecil sambil
melewati koridor sekolah barunya itu. Dia sudah membayangkan hal-hal indah yang
akan dialaminya nanti ketika tiba-tiba saja seseorang menabraknya dari
belakang. Kimmy terjatuh ke depan dan lututnya terluka.
"Hei!" teriak lelaki itu.
"Apa kau tidak punya mata? Tuhan menciptakan sepasang mata untuk melihat,
kau tahu?" Lelaki itu mengelus-elus sikunya yang kelihatannya sama sekali
tidak terluka. Baiklah, setidaknya hanya sedikit kotor.
"Dan kau tahu?" desah
Kimmy. "Tuhan menciptakan otak untuk berpikir dan mulut untuk meminta
maaf. Jadi minta maaflah padaku!" Kimmy memandangi lututnya dan kemudian berdiri. Ia langsung mengarahkan telunjuknya tepat di hadapan wajah lelaki itu.
"Hei, bukankah kau yang
berjalan tidak hati-hati?" Lelaki itu meraih earphone dari saku celananya,
kemudian memasang earphone itu dan melangkah pergi begitu saja.
Tiba-tiba saja bel berbunyi. Semua
murid sudah bergegas untuk berbaris di lapangan sekolah dan meninggalkan
koridor. Kimmy mengejar lelaki itu dan kemudian melepaskan earphone-nya, "Jadi aku yang harus meminta maaf atas sesuatu yang bukan
kesalahanku?"
"Hei! Apa-apaan kau?
Melepaskan earphone-ku seenaknya. Apa aku menyuruhmu meminta maaf padaku?"
desah lelaki itu tanpa merasa bersalah.
"Cepatlah minta maaf sebelum
guru datang dan menegur kita yang belum berbaris." Kimmy mulai cemas karena
koridor sudah mulai sepi.
"Bagaimana jika aku tidak mau?
Kau yang memperpanjang masalah ini. Sebaiknya kau berbaris sekarang,
sebelum..." Belum selesai lelaki itu berbicara, tiba-tiba saja ada yang
menarik telinganya dari belakang . Dan ternyata orang itu juga menarik telinga
Kimmy.
"Sedang apa kalian berdua di
sini? Cepat berbaris di lapangan. Tidakkah kalian mendengar bunyi bel?"
tegur orang itu sambil memutar-mutar matanya. Kelihatannya dia berumur 40-an,
tapi tidak terlihat tua juga. "Anak muda zaman sekarang memang hobinya
berdua-duaan di koridor yang sepi." orang itu mendecakkan lidah sambil
pergi menuju kantor guru yang letaknya di ujung koridor. Dapat dipastikan orang
tadi adalah seorang guru.
Kimmy dan lelaki itu langsung
bergegas menuju barisan tanpa melanjutkan pertengkaran itu. Hari itu adalah
hari pertama Kimmy menginjakkan kakinya di SMA. Sebenarnya pagi itu dia sangat
senang karena untuk pertama kali-nya dia mengenakan seragam SMA, namun rok
barunya malah menjadi kotor dan lututnya juga ikut terluka karena lelaki itu
menabraknya.
***
Hari itu adalah hari khusus
orientasi para murid baru oleh para seniornya. Lalu esoknya oleh para guru. Kimmy masih memikirkan kejadian tadi. Sebenarnya lututnya tidak terluka parah. Tapi dia hanya merasa sedikit tersinggung atas perlakuan laki-laki tadi yang tidak mau meminta maaf padanya. Padahal kan itu bukan sepenuhnya kesalahanku. Sigh.
"Heh! Kau yang di sana!"
tunjuk salah satu senior yang memimpin orientasi. "Berbarislah yang benar
atau kau mau dihukum?"
Kimmy yang terlalu kaget belum
sempat melihat siapa yang memanggilnya dan hanya bisa tertunduk. Gawat. Jangan-jangan aku? "A…
Aku?" tanyanya dengan sedikit gugup. Nafasnya mulai tidak teratur.
"Tentu saja! Memangnya kau
kira siapa? Berdirilah yang tegak dan arahkan pandangan ke depan. Dan..." Senior
itu mulai mendekat dan memperbaiki posisi hormat Kimmy. "Nah, begitu jauh
lebih baik."
Perlahan Kimmy mengangkat wajahnya.
Sinar matahari pagi yang begitu terik itu memaksa Kimmy memicingkan matanya.
Samar-samar dia dapat melihat senior yang tadi menegurnya itu. Tunggu. Sepertinya wajahnya cukup familiar. Oh, tidak! Ternyata dia seniorku..
Semua junior dijemur di bawah teriknya matahari sekitar 1 jam lamanya sambil diberikan arahan oleh senior mengenai bagaimana bersikap yang baik di sekolah. Kemudian mereka disuruh berlalu mengelilingi lapangan yang tidak seberapa besar itu selama setengah jam. Tidak ada yang diperkenankan mengobrol saat berlari.
Seusai semua tradisi yang sangat menyiksa itu, semua junior diberi waktu istirahat sekitar 10 menit. Seluruh murid mengambil air minum yang telah dibawa dari rumah. Tentu saja semuanya merasa haus. Apalagi hari itu kebetulan sekali cuacanya panas.
"Cindy!" Kimmy
melambaikan tangannya. "Bisa ke sini sebentar? Aku ingin bercerita.. Maaf ya merepotkanmu," kata Kimmy dengan wajah sedikit memelas. Cindy adalah teman yang dikenalnya melalui dunia maya. Dialah satu-satunya teman Kimmy di Singapore.
Cindy yang sedang sibuk berkenalan
dengan teman-teman barunya kelihatannya sedikit terganggu oleh permintaan
Kimmy. "Oh, baiklah," jawab Cindy sambil memutar bola matanya. Kelihatannya ia sedikit keberatan.
"Nah, sekarang mulailah bercerita. Waktu kita tidak banyak, hanya..." dia melihat jam tangannya dan melanjutkan, "5 menit. Apa yang mau kau ceritakan?" kata Cindy dengan raut wajah antara kesal dan penasaran.
Kimmy sedikit mengangkat roknya, memperlihatkan lututnya yang terluka. "Apa yang telah terjadi? Bagaimana bisa?" tanya Cindy yang kaget dan penasaran. Lalu Kimmy menunjuk senior tadi. "Dia yang..." belum selesai Cindy bertanya, Kimmy langsung saja mengangguk, seakan telah mengerti apa yang akan Cindy tanyakan padanya.
Cindy menunjukkan ekspresi skeptisnya. Kimmy memasang wajah serius, "Kau tidak percaya padaku? Yah, wajah bisa menipu. Sigh. Tapi memang itu yang terjadi. Aku tidak mungkin secepat itu melupakan wajah orang yang tidak punya attitude seperti dia."
"Tapi dia adalah senior di sini. Lebih baik kau lupakan saja kejadian tadi pagi. Kalau bisa, kau harus minta maaf padanya. Karena kudengar senioritas di sini... Well, kau tahu.. Jadi..," tiba-tiba bel sekolah berbunyi sebelum Cindy bisa menyelesaikan ucapannya. Cindy dan Kimmy segera berlari ke barisan kelasnya masing-masing sebelum mereka terlambat. Ya, mereka tidak sekelas. Sayang sekali. Padahal Kimmy berharap bisa sekelas dengan teman yang dikenalnya. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, ada bagusnya juga sekelas dengan orang-orang yang belum pernah dikenalnya sama sekali, sebab dia bisa memulai mengenal orang-orang baru. Salah seorang senior laki-laki angkat bicara sambil memainkan sebuah pena di tangannya, "Besok datang tepat waktu. Gunakan seragam dan bawa barang-barang yang sudah diberitahu tadi. Yang terlambat tidak akan dibiarkan masuk kelas. Mengerti?" *** |